dubidam.id– Perlu Anda Ketahui! 5 Strategi Manajemen Risiko Kripto Paling Ampuh dan Terbukti. Sementara perdagangan cryptocurrency menawarkan potensi keuntungan yang besar, pedagang harus belajar bagaimana mengurangi risikonya. Beberapa teknik manajemen risiko berikut ini mungkin bisa menjadi rekomendasi yang cocok untuk para trader.
Cryptocurrency telah menjadi salah satu media pertukaran paling populer saat ini. Hal ini karena kami percaya bahwa aset kripto dapat menawarkan potensi keuntungan yang lebih besar dibandingkan aset lainnya.
Namun, potensi keuntungan yang besar berbanding lurus dengan tingginya risiko yang dihadirkan. Oleh karena itu, trader disarankan untuk menguasai manajemen risiko. Nah, berikut beberapa teknik manajemen risiko cryptocurrency yang bisa menjadi referensi bagi para trader pemula.
Aturan Kerugian 1%
Pertama, aturan 1% adalah salah satu teknik manajemen risiko kripto termudah untuk diterapkan. Secara umum, aturan ini membatasi jumlah modal yang dapat digunakan untuk berdagang atau berinvestasi dalam mata uang kripto.
Misalnya, jika seorang trader memiliki $10.000 dalam ekuitas, dia hanya perlu membatasi kerugiannya hingga maksimal 1% dari $10.000, yaitu sekitar $100.
Dengan menggunakan aturan kerugian 1%, kerugian total maksimum yang dialami trader hanya $100 pada posisi trading apa pun. Aturan 1% sangat penting bagi pedagang mata uang kripto, karena pasar mata uang kripto sangat fluktuatif.
Menerapkan Rasio Risiko / Imbalan
Teknik manajemen risiko selanjutnya adalah dengan memperhatikan risk reward level atau lebih dikenal dengan risk reward ratio.
Menurut beberapa ahli, rasio risk-reward yang baik adalah 1:1 atau lebih tinggi. Oleh karena itu, return yang diperoleh harus sama atau lebih besar dari risikonya.
Hentikan Kerugian dan Ambil Untung adalah dua elemen kunci dalam manajemen risiko cryptocurrency ini. Biasanya, trader pertama-tama mencari stop loss, lalu mendekati level harga sesuai dengan rasio risiko/imbalan untuk mengambil keuntungan yang sesuai.
Teknik rata-rata biaya dolar (DCA)
Salah satu teknik manajemen risiko yang paling umum adalah dollar cost averaging atau lebih dikenal dengan DCA. Teknik ini merupakan cara membeli aset kripto dengan jumlah pembelian yang sama secara berkala. terlepas dari harga aset saat ini.
Contoh: Trader A berkomitmen untuk menginvestasikan Bitcoin senilai IDR 150.000 setiap hari Senin selama setahun. Jadi setiap hari Senin, Trader A mengalokasikan Rp 150.000 untuk membeli Bitcoin dengan harga beli.
Metode DCA biasanya menjadi pilihan pertama bagi para trader cryptocurrency selama bear market. Tujuan dari teknologi ini adalah untuk mengurangi risiko investasi yang timbul dari fluktuasi harga cryptocurrency jangka pendek. Namun, fokus utama dari metode ini adalah hasil jangka panjang.
Diversifikasi Aset
Strategi alternatif lain yang dapat digunakan pedagang untuk meminimalkan risiko crypto adalah desentralisasi. Singkatnya, diversifikasi adalah strategi yang diterapkan dengan mendiversifikasi portofolio investasi Anda di sejumlah mata uang kripto yang berbeda.
Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko penurunan aset tertentu. Oleh karena itu, risiko investasi tidak terfokus pada satu jenis aset kripto saja. Distribusi aset yang dibeli untuk tujuan diversifikasi tentu saja bisa berbeda-beda.
Melakukan DYOR
Lakukan riset Anda sendiri, yang dikenal sebagai DY, atau lebih fokus pada analisis. Dalam hal ini, pedagang atau investor cryptocurrency disarankan untuk menganalisis dan mempelajari pasar cryptocurrency dan aset yang diperdagangkan secara cermat dan membuat keputusan berdasarkan hasil penelitian mereka sendiri. Langkah ini biasanya efektif untuk mengurangi risiko terjadinya fraud yang biasanya disebabkan oleh faktor eksternal.
Demikian informasi yang dapat admin sampaikan semoga bisa membantu, terima kasih!